IKPM Babel Mangundang Seluruh Alumni Pondok Modern Gontor dan Sekitarnya beserta Keluarga untuk Hadir di Acara Silatirrahim dan Halal Bihalal Keluarga Besar IKPM Babel Pada Tanggal 28 Juni 2017/ 4 Syawwal 1438 H di Rumah Dinas Walikota Pangkalpinang, Lapangan Merdeka Pangkalpinang Propinsi Kep. Bangka Belitung (Panitia)

Jumat, 21 Oktober 2016

Tasyakuran Hari Santri Nasional


Mengapa tanggal 22 Oktober ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional ?

Hal tersebut merujuk pada peristiwa bersejarah yang membawa bangsa Indoensia meraih kemerdekaan dari para penjajah.
Resolusi jihad yang dicetuskan oleh Pendiri NU KH. Hasyim Asy’ari pada tanggal 22 oktober tahun 1945 di Surabaya untuk mencegah kembalinya tentara kolonial belanda yang mengatasnamakan NICA.
KH. Hasyim Asy’ari sebagai ulama pendiri NU menyerukan jihad dengan mengatakan bahwa“Membela tanah air dari penjajah hukumnya fardlu’ain atau wajib bagi setiap individu“.
Seruan Jihad yang dikobarkan oleh KH. Hasyim Asy’ari itu membakar semangat para santri Arek-arek Surabaya untuk menyerang markas Brigade 49 Mahratta pimpinan Brigadir Jenderal Aulbertin Walter Sothern Mallaby.

Jenderal Mallaby pun tewas dalam pertempuran yang berlangsung 3 hari berturut-turut tanggal 27, 28, 29 Oktober 1945, ia tewas bersama dengan lebih dari 2000 pasukan inggris yang tewas saat itu.

Hal tersebut membuat marah angkatan perang Inggris, hingga berujung pada peristiwa 10 November 1945, yang tanggal tersebut diperingati sebagai hari Pahlawan.
Kemerdekaan indonesia memang tidak lepas dari para santri dan ulama, karena memang tak hanya tentara yang berperang melawan penjajah, tercatat banyak ulama dan santri yang ikut berperang untuk mengusir penjaah dari bumi Indonesia.
Itulah mengapa tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri Nasional.

Meski termasuk hari nasional namun tanggal 22 oktober tidak merah alias tidak libur, lebih enak kalau libur ya ,, Selamat Hari Santri Nasional 22 Oktober yaa !!





Selanjutnya → Tasyakuran Hari Santri Nasional

Sabtu, 15 Oktober 2016

Pengajian IKPM Babel

MENGAJI BIKIN HIDUP LEBIH HIDUP..

Ada tiga alasan “kuat” kenapa kita harus berupaya mengaji secara rutin :


Memahami ilmu agama, kunci kebahagiaan hidup di dunia. Saya sangat setuju dengan hadits yang mengatakan bahwa kalau kita menguasai ilmu akhirat, pastilah kita pun “selamat di dunia”. Belajar mengenai ilmu yang terkait dengan “ritual” hubungan kita dengan Allah, akan membuat kita paham bahwa seluruh ritual dalam agama kita, pada dasarnya adalah media bagi kita untuk “menggembleng” kepribadian kita, membuat kita bahagia dengan kondisi diri kita. Sedangkan ilmu-ilmu akhirat yang meng”guide” kita bahwa kita harus baik pada sesama manusia, pada alam, bahwa kita harus berprestasi, tolong-menolong, akan membuat kita menjadi bahagia karena punya arahan untuk hidup harmonis. Kalau “semboyan” sebuah sekolah favorit di Bandung ini adalah “knowledge is power, but character is more”, maka belajar ilmu agama akan membuat kita dapet dua-duanya: knowledge and character. Tambah lagi: kebaikan, kebahagiaan dan keselamatan.
Kurang ilmu, pasti kurang amal. Contohnya, kalau kita gak tau adanya yang namanya sholat syuruq, maka kita tak akan pernah melakukannya. Padahal, “Barangsiapa yang shalat shubuh dengan berjama’ah kemudian dia berdzikir kepada Allah Ta’ala sampai terbitnya matahari lalu dia shalat dua raka’at, maka pahalanya seperti pahala berhaji dan ‘umrah, sempurna, sempurna, sempurna,”. Saya jadi inget…ada seorang jamaah haji yang “protes” waktu disampaikan hadits ini : “kok enak banget dapet balasannya sempurna….lha wong kita aja yang capek-capek haji belum tentu sempurna dan diterima” katanya. Pak Ustadz yang bijak pun berkata: “Itulah rahmatnya Allah….itulah keadilan Allah bagi orang-orang yang belum memiliki kemampuan untuk berhaji”. Itu satu dari sekian banyak contoh bahwa….banyak sekali keuntungan-keuntungan yang bisa kita dapatkan, sekaligus akan kita lewatkan kalau kita tak punya ilmu. Dan ilmu-ilmu ini, bisa kita dapatkan lewat mengaji.



Memelihara motivasi. Hidayah itu, ada dua. Hidayah berupa pengetahuan, dan hidayah berupa “kekuatan untuk melakukan”. Mungkin kita akan bilang: “ah, buat apa ngaji? Saya sudah tau kok …. bahwa kita harus sholat tepat waktu, dianjurkan tahajud, sholat rawatib, saya udah tau lah…”. Namun, “tahu” dan “punya energi” untuk melakukan, itu dua hal yang berbeda. Nah, dengan mengaji, walaupun pengetahuan kita tak bertambah, namun kita akan mendapatkan informasi dari sudut pandang yang beragam mengenai satu pengetahuan, sehingga dari beragam sudut pandang yang berbeda itu, moga2 ada satu sudut pandang yang “nyantol” dan menjadi mesin penggerak motivasi kita.



Selanjutnya → Pengajian IKPM Babel

Silaturrahim IKPM Babel Ke Bangka Barat

Di antara amal-amal kebaikan yang akan mendatangkan barakah dan manfaat yang banyak dalam kehidupan ini adalah menyambung dan menghubungkan silaturrahim. Menghubungkan silaturrahim ini termasuk salah satu bentuk ibadah yang diberi nilai pahala yang tidak kurang besarnya di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala
Alhamdulillah ..Pada hari Ahad tanggal 8 Oktober 2016 IKPM Bangka Belitung masih berkesempatan untuk bersilaturahmi dengan Ust. Zuhri Syadzily di Pantai Teluk Limau Bangka Barat.











Selanjutnya → Silaturrahim IKPM Babel Ke Bangka Barat

Jumat, 14 Oktober 2016

Tajamu' Qum Suu..ll!!

Tajammu' artinya "berkumpul bersama", tak selamanya negatif. Acaranya juga bukan semata-mata makan dan minum ramai-ramai yang membuatnya dilarang ketika masih nyantri di Gontor. Justru di tajammu'-lah alumni merasa banyak belajar tentang arti kebebasan dan perbedaan. Di tengah minimnya ruang demokrasi di Gontor,ternyata tajammu' adalah ruang yang paling mengasyikkan. Kita pasti baru menyadarinya ketika sudah di luar..






















Selanjutnya → Tajamu' Qum Suu..ll!!

Nasehat Ust. Hasan Abdullah Sahal tentang IKPM


Rasanya, IKPM itu organisasi alumni yang pertama kali berdiri, tahun 1949. Hanya kalah dari organisasi alumni Al-Azhar Cairo. Ngga apa-apa sekarang nomer 2, besok nomer 1.
Anak Gontor ngga apa-apa "yahanu" qalil, yang penting bisa menjadi pemimpin. Alhamdulillah, di mana-mana ada anak Gontor. Allah membuat anak Gontor tidak bisa ditinggalkan.
Ust. Hasan ini yang paling muda, 67 tahun. Pak Syamsul Hadi Abdan 71 tahun. Pak Syukri 74 tahun dan ketua Badan Wakaf, H. Kafrawi Ridwan, 86 tahun. Alhamdulillah, doakan agar semua sehat.
Gontor tidak terikat dengan kurikulum apapun. Mau kurikulum 2013, 2016 atau Kurikulum 2013 plus, atau apapun, Gontor tidak terpengaruh. Gontor punya kurikulum mandiri, kurikulum seumur hidup. Kita bersyukur.
Sekarang ini, kehidupan yang sakral hanya ada di pesantren. Sulit mencari kehidupan yang sakral di luar pesantren. Karena itu alumni gontor harus mampu membangun kehidupan yang sakral di mana saja. Di sawah, di sekolah, di kantor, di rumah, jadikanlah sakral (Catatan: sakral itu artinya suci, mengarah pada nilai-nilai kebenaran.
Sekarang ini cenderung terjadi desakralisasi kehidupan. Di mana orang tidak lagi peduli dengan nilai-nilai kebenaran, menghalalkan segala cara dan mengabaikan nilai-nilai kebenaran. Alumni Gontor harus mampu membuat kehidupan menjadi sakral (selalu berpegang pada kebenaran).
Alumni Gontor diharapkan bisa menjadi "mundzirul qaum" (penganjur, pengingat qaum). Harus menjadi orang yang "ya'mur wa yanha" (mengajak/mengarahkan dan mencegah), bukan orang-orang yang "yu'mar wa yunha" (diperintah dan dicegah). Jadilah "decision maker", bukan "decision ngekor".
Bangsa ini seharusnya kaya, tetapi sekarang bangsa ini lebih cenderung ingin dijajah. Bangsa ini cenderung menjadi "ahli shodaqah". Gunung dishadaqahkan. Ikan laut, emas, TKI, bahkan harga diri dishodaqahkan. Bangsa kita ingin dijajah, bahkan mohon dijajah kembali. Inilah bangsa kaya tapi bermental ingin dijajah, tidak pernah mandiri.
Pesantren, dari dulu sampai sekarang adalah anti penjajah. Panca Jiwa pondok adalah benteng-benteng yang tidak bisa diintervensi dan dijajah oleh siapapun.
Keikhlasan adalah benteng utama. Orang-orang ikhlas tidak bisa diintervensi, tidak.bisa dijajah. Maka di Gontor tidak ada "take and give". Yang ada adalah "give, give and give", in sya Allah gain. Di dalam Al-qur'an tidak ada satupun ayat yang mengajarkan untuk meminta-minta. Bahkan orang fakir-pun tidak diperintahkan meminta-minta.
Kalau mikirnya take and give artinya ada transaksi. Orang Islam transaksinya hanya dengan Allah, karena Allah telah "membeli" orang-orang yang beriman dan beramal sholeh dengan surga. (Kalau harapannya surga, mengapa harus mengharapkan hal lain lagi di dunia ini?)
Kesederhanaan, prinsip itu pula yang membuat kita bertahan. Sederhana bukan berarti miskin. Sederhana dan berjiwa besar. Hati besar, jiwa besar, bukan omongan besar.
Kita akan terus mengalami pergantian generasi. Kata orang, generasi pertama perintis, generasi kedua pejuang, generasi ketiga penikmat, dan generasi keempat adalah perusak. Semoga di Gontor tidak begitu (Sekarang di Gontor masa generasi kedua)
Gontor alhamdulillah terus berdiri. Sekarang ini di Gontor ada 4200 santri, 700 guru, dan 1000 mahasiswa. Tugas kita bersama menjaga pondok ini tetap berdiri tegak dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang tetap terjaga.
Alhamdulillah pondok tidak ada intervensi dari luar. Yang tidak mau ikut aturan pondok, silahkan keluar. Tidak ada intervensi dari pemerintah, dari mana-mana, bahkan dari wali santri. Kalau mau bantu, boleh. Tapi tidak ada intervensi. Kita tetap teguh dan istiqamah, walaupun menjadi minoritas. Lebih baik menjadi minoritas tapi masuk surga daripada menjadi mayoritas tapi masuk neraka.
Kita harus bisa menjaga Jati Diri.
Harga Diri.
Tahu Diri.
Kembangkan Diri.
Jaga Diri.
Jangan sampai Jual Diri.
Pada akhirnya Gantung Diri.
Di luar, akan banyak singa-singa kehidupan yang akan menerkam.
Anak Gontor tidak boleh diam saja. Bergerak. Lakukan yang bisa Anda lakukan.
Untuk motivasi saja
Selanjutnya → Nasehat Ust. Hasan Abdullah Sahal tentang IKPM

Nasehat KH. Ahmad Sahal



Saya berbicara kali ini betul-betul dengan ikhlas. Hanya akan saya ambil sedikit-sedikit dan singkatnya atau pucuknya saja. Semua yang akan saya sampaikan ini bahkan sedikitnya direkam dan rekaman ini nanti mudah menjadi buku dan dapat dibaca oleh seluruh umat, sampai-sampai pada anak cucu saya sendiri dan anak-anakku sekalan yang ada. Sebagai mukaddimah, jangan sampai salah terima, kalau pondok modern, Pak Sahal, ataupun Pak Zarkasyi, itu anti kepada siapapun yang menjadi pegawai, anti kepada priyayi, anti kepada buruh, tidak! Sama sekali tidak. Ini supaya dicatat lebih dahulu, saya tidak menghalangi, saya tidak anti, saya tidak memusuhi orang yang menjadi pegawai. Maka di sini saya tekankan di dalam niatmu. Jangan salah niat, kalau sampai salah niat akan rugi hidupumu, selama hidupmu hanya akan rugi karena salah niat. Kalau saya, rumah tangga saya, anak-istri-cucu saya kebetulan kecukupan, jangan dikatakan saya ini bangga tapi hanya syukur, hanya kebetulan, bukan sombong bukan bangga. Umpamanya masuk di pondok modern ini ingin jadi pegawai, itu berarti niatmu sudah kalang kabut.

Jangan sampai niatmu itu rusak, maka di sini saya beri jalan, bagaimana cara orang hidup. Kalau sekarang anak-anak ini kebetulan melarat orang tuanya, jangan kecil hati, sekiranya anak-anak ini kaya orang tuanya, maka jangan besar hati. Ini diantaranya yang saya anggap penting dalam pembicaraan saya ini.

Saya sudah tidak punya apa-apa tetapi berani hidup, BERANI HIDUP TAK TAKUT MATI, TAKUT MATI JANGAN HIDUP, TAKUT HIDUP MATI SAJA, ini semboyan saya. Segala titah apapun, cacing-cacing, kutu-kutu, walang, kalajengking, kodok, kadal, semut, semua sudah dijamin rizkinya oleh Allah, ini yang saya pegang

wamaa min daabbatin fi-l-ardhi illa ‘alallahi rizquhaa. Harrik yadaka undzil alaika rizqo, ini harus diingat, gerakkan tanganmu dan Allah akan menurunkan rizki kepadamu. Sungguh saya sudah tidak punya apa-apa. Konsekwensinya saya digoda sampai melarat habis-habisan, tapi perkiraan saya tidak sampe lepas “Kumlawe Gumreged.” Kumlawe artinya tangan digerakkan dan gumreged artinya makan (mempunyai niat dan kehendak) Jangan kecil hati karena tidak menjadi pegawai, menghadapi hidup jangan kecil hati, betul-betul jangan kecil hati.

Pada suatu masa, beban akan menimpa keluarga sebagaimana yang pernah dialami keluarga saya, bagaimana orang tua saya menyekolahkan anak-anaknya, apa yang saya pakai untuk menyekolahkan anak saya. Keponakan saya sekolah ini, anak Pak Lurak sekolah HIS yang uang sekolahnya sampe 3 Gulden atau 3 Rupiah, artinya padi satu kwintal. Tapi saya Bismillah , tanah saya yang sebelah sana sebanyak seperempathektar telah saya wakafkan, yang sebelah situ setengah hektar pun sudah saya wakafkan. Hanya tanaman itu (pohon kelapa) selama anak Pak Sahal masih sekolah hasilnya masih tetap dipungut untuk menyekolahkan anak Pak Sahal. Yang berarti anak-anak itu akan meneruskan cita-cita Pak Sahal. Itu di antara nasib yang saya alami tetapi tetap berani, berani hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup mati saja.

Tak perlu korupsi bisa hidup. Jangan kecil hati, jangan edan-edanan, saya tidak anti kalau nanti anak-anakku. menjadi mahasiswa, menjadi sarjana, kemudian menjadi pegawai, jadi buruh, gajinya sebulan dua puluh lima ribu sampai lima puluh ribu. Tatapi jangan kesana tekananannya, jangan terlalu menggaris bawahi ke sana, sampai-sampai lupa kepada tugasnya. Kalau. orang sudah menjadi pegawai, mati otaknya, ini tidak semua, tapi pada umumnya. Sudah sekolah setengan mati, masuk Tsanawiyah terus ke Gontor, lalu menjadi mahasiswa, akhirnya menjadi pegawai, lupa segalnya. Kitabnya tidak dibaca lagi, tabligh tidak mau, nasi rakyat tidak diperdulikan, hanya mengumpul dengan anak-istrinya, khianat …….. khianat. Hanya akan menghitung–hitung tinggal berapa ini? Kurang berapa hari lagi sebulan? Kapan naik pangkatnya? Kapan naik gaji? Kapan ini? Kapan itu? Hidupnya jor-joran dengan kawan-kawannya. Na’udzubillah.

Sudah mundak sekian lamanya belajar agama seperti tafsir, hadits, dan lainnya. Tidak untuk mengurus tabligh, tidak untuk ngurus, tidak untuk apa-apa. Hilang setelah jadi pegawai. Sudah lupa kepada msyarakat, lupa kepada nasib, negara, lupa nasib agama. Masih untung kalau masih mau sembahyang atau Jum’atan, itulah pegawai. Boleh dilihat, jadi pegawai sepuluh atau duapuluh tahun belum bisa membeli rumah, itu biasa, paling-paling kalung sebentar, cincin sebentar, honda sebentar. Jangan sampai anak-anak sekalian menyandarkan warisan orang tua, warisan tidak memberkahi, anggaplah tidak akan menerima warisan.

Hidup self help, berani menolong diri sendiri, maka kalau hanya menyandarkan pada orang tua itu kere, pengemis. Kalau memang jantan, tidak usah menerima warisan, seperti Trimurti, Pak Sahal, Pak Zar, Pak Fanani. Ayah saya. hanya mempunyai sawah tidak lebih dari satu hektar, tapi anak-anaknya seperti saya, Pak Lurah, Pak Fanani, Pak Zar dan lainnya sabar. Pegang doran, pegang cangkul, betul-betul petani. Pak Lurah Sepuh, ayahnya Pak Iwuk (Muhsin) juga mencangkul. Saya pun demikian, tetapi tidak kecil hati. Zaman dulu, kalau orang sudah sekolah Belanda itu merasa orang ningrat, merasa sudah terpandang, orang maju, orang yang cerdas, kerena sekolah disekolahkan Belanda. Tapi ayah saya tidak demikian, ayah saya seorang kiai di desa, tetapi terpandang, jujur, adil, dan dicintai.

Menjadi murid atau santri pondok modern jangan kecil hati, kamu itu belum apa-apa, besarkan hatimu. Yen wanio ing gampang, wedhio ing pakewuh, sabarang ora kelakon, ini wasiat Ramayana yang artinya: “Kalau hanya ingin enak saja, takut kesulitan, takut kesukaran hidup, apa saja tidak akan tercapai. Hidup adalah perjuangan, lieben is treigen. Itulah manusia hidup di dunia, jangan takut hidup, ini yang harus dipegang mulai sekarang. Yang lebih penting lagi adalah jujur, percaya kepada Allah, jangan kecil hati. Inilah yang saya amanatkan, amanat yang saya pidatokan, yang pertama kali mengenai iqtishodiyyah, mengenai ekonomi, pangupa jiwa, golek sandang pangan, sanguine urep. Jangan sampai anak-anakku iri kepada kawan-kawannya yang menjadi pegawai, iri kepada yang mendapat gaji, sekali lagi jangan kecil hati, jangan salah niat, ini yang saya tanamkan pertama kali kepada anak-anakku. Jangan takut hidup, yang penting iman kuat, jaga kehormatan Insya Allah cukup rizki. Ini saja anak-anakku, mudah-mudahan ada manfaatnya, ada berkahnya, untuk hidup dunia akhirat,husnul khotimah.
Selanjutnya → Nasehat KH. Ahmad Sahal

Jumat, 07 Oktober 2016

test

site on design
Selanjutnya → test